Hanoi, Vietnam.
Pertama kali yang aku pikirkan saat akan berangkat ke Hanoi adalah
pemandangan sebuah negara tertutup, misterius dengan bangunan-bangunan kuno yang menyeramkan seperti gambaran negara komunis di kebanyakan film hollywood. Vietnam memang
memiliki sejarah Panjang pada masa lalu khususnya soal berperang. Negara ini
bahkan pernah mengalahkan 3 kekuatan besar dunia pada saat itu. China, Perancis
dan Amerika. Bahkan negara ini sempat terpecah menjadi 2 negara seperti Korea
sebelum akhirnya berhasil unifikasi menjadi negara Vietnam di bawah
Pemerintahan Komunis. Banyaknya sejarah yang terukir di Vietnam menjadikan
negara ini menjadi unik diantara negara lain di Kawasan ASEAN.
Jakarta, dini hari, aku bersiap berangkat dari Soekarno Hatta menuju Changi Airport-Singapore, untuk transit. Kebetulan maskapai yang aku gunakan Garuda Airlines dan Vietnam Airlines tergabung dalam group aviasi Skyteam jadi pada saat check in bisa request untuk menggunakan akun Garuda Miles, lumayan pikirku International Flight buat nambah poin di Garuda Miles. Selepas transit di Changi Airport, perjalanan berlanjut menuju Noibai Airport-Hanoi menggunakan Vietnam Airlines. Jujur pada saat menggunakan Vietnam Airlines, kita mungkin akan merasa bangga negara kita punya Garuda Indonesia sebagai maskapai nasionalnya. Secara service dan kualitas, Garuda Indonesia masih lebih unggul.
Setelah melewati penerbangan yang cukup melelahkan, akhirnya sampai juga di Noibai Airport, Hanoi. Disana kebetulan seorang kawan telah menjemput dan membantu mengurus imigrasi agar tidak perlu mengantri panjang. Kondisi birokrasi di Vietnam dan Indonesia memang tidak jauh berbeda sehingga kita bisa memanfaatkan sedikit celah yang ada. Setelah keluar dari Bandara, kami bergegas menuju penginapan dan mencari makan sebelum beristirahat. Berbeda dengan Jakarta, kondisi jalan di Hanoi jauh lebih lengang dan tidak ada kemacetan. Selain itu, Vietnam juga menganut left hand traffic, bagi orang Indonesia yang baru menyetir di Vietnam mungkin akan merasa sedikit aneh dan perlu pembiasaan agar tidak salah jalur.
Kondisi Hanoi malam hari berbeda jauh dengan kondisi Jakarta yang ramai
dengan hingar bingarnya. Hanoi merupakan Pusat Pemerintahan di Vietnam sehingga
kotanya cenderung lebih sepi dari tempat-tempat hiburan ataupun perniagaan.
Sedangkan pusat perekonomian Vietnam berada di Ho Chi Minh City. Tapi Hanoi
tetap memiliki sisi menariknya sebagai ibu kota. Saat perjalanan dari Bandara, kami sempat melewati Red River yang cukup luas, seperti sungai-sungai di Kalimantan. Walaupun belum tertata dengan baik tapi Red River memiliki potensi menjadi destinasi wisata yang dapat menarik wisatawan jika ditata dengan baik seperti di London ataupun Shang Hai. Selain Red River, keberadaan Hoan Kiem Lake yang
berada di tengah kota menjadi salah satu Landmark kota Hanoi. Banyak masyarakat
Hanoi yang berkumpul, bermain dan berinteraksi di sekitar danau yang sangat
luas dan indah tersebut.
Saat pagi hari, Hoan Kiem Lake dimanfaatkan masyarakat untuk olahraga
atau sekedar menikmati udara segar. Di tengah danau itu terdapat semacam pulau,
sedangkan di pinggirnya terdapat kuil. Berdasarkan legenda setempat, Hoan Kiem
Lake merupakan habitat dari kura-kura raksasa yang menjadi daya tarik bagi
wisatawan. Kura-kura tersebut merupakan spesies langka yang salah satunya
berada di Hoan Kiem Lake ini. Sayangnya, kura-kura raksasa tersebut telah lama
mati tapi masyarakat masih bisa berwisata ke dalam kuil tersebut.
Hoan Kiem Lake Malam Hari |
Hoan Kiem Lake menjadi Pusat Keramaian di Hanoi |
Night Market di Sekitar Hoan Kiem Lake |
Hoan Kiem Lake tidak hanya menjadi destinasi wisata tapi juga menjadi
pusat keramaian kota Hanoi khususnya pada saat hari Sabtu malam, di sepanjang
jalan dekat danau tersebut diubah menjadi lokasi night market. Ya semacam car
free night kalo di Jakarta. Masyarakat Hanoi bisa sekedar jalan-jalan dan
berbelanja atau nongkrong menikmati kopi serta jajajanan di pinggir jalan sambil
menikmati alunan music Vietnam. Bahkan masyarakat juga bisa berdansa di jalanan
sepanjang malam jika mau.
Vietnam dalam 1 dekade terakhir telah bertransformasi menjadi negara
komunis yang lebih terbuka tapi tetap tertutup. Bingung ya jelasinnya, jadi
secara ekonomi mereka terbuka tapi tertutup secara politik dan ideologi. Bisa
dibilang Transformasi Vietnam mirip seperti transformasi Komunis di China.
Mereka sadar untuk mengejar ketertinggalan pembangunan di negaranya, sehingga
mereka harus membuka diri terhadap kehadiran investor asing. Vietnam yang dulu
perekonomiannya ditopang oleh perekonomian tradisional saat ini mulai berubah
menjadi negara industri dengan banyaknya investor asing yang masuk ke
negaranya. Bahkan akibat transformasi ini, pertumbuhan ekonomi Vietnam sempat
menjadi yang tertinggi di Kawasan Asean pada 2017 sebesar 7%.
IMHO, keberadaan identitas komunis sendiri sebenernya cukup membantu
Vietnam bersaing mendapatkan investor dibandingkan negara lain di Kawasan
Asean. Mudahnya birokrasi, stabilnya politik dan masih rendahnya upah pekerja
di Vietnam membuat banyak investor asing melirik Vietnam menjadi tujuan
investasi yang mennguntungkan. Bahkan Pemerintah Vietnam sendiri memberikan "iming-iming" lahan gratis bagi investor yang komitmen menanamkan investasinya di
Vietnam, asalkan sesuai dengan arah pembangunan Pemerintah Vietnam. Kebijakan tersebut tidak hanya menguntungkan bagi investor tapi juga
bagi Vietnam, kehadiran investor asing tidak hanya menambah lapangan pekerjaan
bagi masyarakat Vietnam tapi juga Transfer of Technology (ToT) yang gak kalah
bermanfaat untuk mendukung program pembangunan di Vietnam.
Teknologi inilah yang menjadi kunci bagi Vietnam agar dapat berkembang
menjadi negara yang mandiri kelak. Bahkan saat ini Vietnam sudah mulai menunjukkan
kemandiriannya dengan mengembangkan mobil nasional sendiri dengan merk dagang
Vinfast di bawah bendera konglomerasi VinGroup. Vinfast yang merupakan pemain
baru di dunia otomotif langsung bergerak agresif dengan menggandeng beberapa
perusahaan otomotif ternama eropa untuk membuat produk pertamanya. Hasil
Kerjasama ini cukup efektif dan progresif karena dalam 2 tahun, Vietnam mampu
membangun mobil nasional pertamanya dengan kualitas yang sangat kompetitif.
Bahkan dalam beberapa tahun mendatang Vinfast telah mentarget pasaran Eropa
untuk produk mobil nasionalnya. Ini merupakan langkah yang sangat besar bagi
sebuah negara yang baru terjun ke dalam dunia produsen mobil.
Selain masalah ekonomi, dalam hal penataan Kota, Hanoi sendiri bisa
dibilang cukup rapi dan teratur. Sepertinya peran Pemerintahan Komunis terhadap
pembangunan di Vietnam cukup besar mengingat control Pemerintah yang sangat
dominan sehingga masyarakat dipaksa patuh terhadap kebijakan yang diterapkan
pemimpin Komunis negara tersebut. Jika kita amati di sekeliling Kota Hanoi,
bangunan rumah penduduk dibuat seragam lebarnya. Mayoritas bangunan di Vietnam
tumbuh ke atas daripada melebar sehingga lebih menghemat space lahan. Penataan
seperti ini sangat cocok nantinya bagi kota besar yang modern dimana akan
memerlukan banyak hunian dengan karakteristik high density dibandingkan low
density sehingga dapat menampung banyak jiwa dalam lahan yang terbatas.
Wujud sebagian Besar Bangunan Rumah di Hanoi |
Selain rumah yang unik, di Hanoi juga banyak kita jumpai
bangunan-bangunan dengan arsitektur eropa. Ya, Vietnam memiliki sejarah dijajah
oleh Bangsa Eropa, tepatnya oleh Perancis sehingga banyak bangunan-bangunan
dengan karakteristik Eropa masih berdiri kokoh dan terawatt hingga saat ini.
Tidak jarang juga bangunan klasik tersebut masih memiliki bunker perlindungan
bawah tanah yang bahkan penghuninya sendiri tidak tau letak pintu masuknya.
Seperti kebanyakan film yang berkisah tentang perang Vietnam, bunker bawah
tanah memang benar-benar ada serta dimanfaatkan menjadi tempat perlindungan dan
persembunyian tentara Vietcong dalam menghadapi Amerika yang memiliki
persenjataan jauh lebih canggih. Bisa aja sampe saat ini bunker tersebut tetap
ada dan masih digunakan. Who knows?
Kondisi bangunan di Hanoi yang tertata rapi sebenarnya berbanding
terbalik dengan kondisi trafficnya. Walaupun Hanoi memiliki jalanan yang luas,
tapi karakteristik pengendara di Hanoi gak jauh berbeda dengan pengendara di
Indonesia. Bahkan untuk sekedar menyeberang jalan, menggunakan isyarat tangan
tidak selalu membantu karena mereka tidak peduli. Jadi jika ingin menyeberang
jalan ya kita tinggal menyeberang aja, nanti mereka yang akan menghindar
sendiri, yang kita butuhkan cuma 1, keyakinan.
Menjelajah suatu Kota, gak afdol kalo kita gak mencoba kulinernya.
Vietnam sendiri memiliki beragam makanan khas, mayoritas makanan di Vietnam
juga didominasi oleh makanan berupa mie daripada nasi. Ada 1 menu yang selalu
aku ingat karena rasanya memang sangat-sangat enak yaitu pho (fe). Makanannya
semacam mie dengan daging yang sangat banyak, serta sayuran sebagai pelengkap.
Walaupun tampilan makanan ini seperti kebanyakan menu mie di Indonesia tapi
rasa mie dan kuahnya benar-benar khas Vietnam punya. Oiya khusus buat pelancong
muslim, berhubung Vietnam bukan negara dengan penduduk mayoritas muslim jadi
agak susah untuk mencari restoran yang 100% halal. Sekedar saran yang agak
sesat sih, bisa diikuti atau enggak ya. Tapi daripada kalian gak bisa makan dan
kelaparan, mending kalian menjadi sedikit adaptif dan gak usah tanya makanan
yang dihidangkan halal atau tidak karena sudah pasti jawabannya tidak halal walaupun
di menu tertulis daging sapi atau ayam sekalipun. Gak Cuma makanan halal yang
sulit tapi juga tempat ibadah bagi muslim akan sulit kita jumpai. Di Hanoi
sendiri cuma ada 1 masjid yang berdiri. Saat hari Jum’at, masjid ini sangat
ramai karena umat muslim di Hanoi dan sekitarnya melaksanakan sholat Jumat di
tempat tersebut.
Selain makanan khasnya yang enak, Vietnam juga memiliki kopi khasnya
sendiri yang sudah terkenal ke seluruh belahan dunia. Sebagai salah satu negara
penghasil kopi terbesar di dunia, Vietnam memiliki cara penyajian sendiri dalam
menghidangkan kopi berkualitas. Kopi tersebut diolah dengan cara diseduh
menggunakan dripper khas Vietnam lalu dicampur dengan krimer. Jenis kopi
Vietnam adalah kopi robusta yang memiliki karakteristik lebih pahit
dibandingkan kopi arabika sehingga masyarakat menggunakan metode ini agar rasa
pahit dalam kopi tidak terlalu dominan. Jika pergi ke Vietnam kalian wajib
mencoba kopi Vietnam Drip di tempat asalnya langsung sambil nongkrong di
pinggiran jalan dengan kursi kecil yang khas dipakai di setiap kedai-kedai di
Vietnam, hidup seperti orang lokal.
Masyarakat Hanoi sendiri cukup ramah, walaupun hanya di daerah tertentu saja yang bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris, tapi kita bisa memanfaatkan google translate untuk berkomunikasi dengan mereka. Cukup wajar karena memang di Hanoi tidak ramai dukunjungi turis seperti Ha Long Bay ataupun Ho Chi Minh. Masyarakat Vietnam juga masih menjunjung tinggi nilai-nilai komunis yang telah mengakar sejak lama. Bahkan mereka sangat mengagungkan seorang Ho Chi Minh yang merupakan Bapak Komunis Vietnam dan juga Presiden Vietnam pertama. Sama seperti Stalin dan Lenih di Rusia, jasad Ho Chi Minh juga diawetkan dengan tujuan agar generasi penerus Vietnam bisa mengenang jasa besar seorang Ho Chi Minh bagi kemajuan negaranya. Bahkan makam Ho Chi Minh pun dijaga sangat ketat oleh petugas keamanan Vietnam. Bagi Vietnam, menjaga makam Ho Chi Minh sama seperti mereka menjaga ideologi mereka.
Sebenarnya masih banyak destinasi menarik di Hanoi tapi karena keterbatasan
waktu dan agendaku di Hanoi bukan full liburan jadi ya hanya sebagian kecil tempat yang
bisa dikunjungi. Masih ada beberapa kota di Vietnam yang akan menarik untuk
dikunjungi seperti Ho Chi Minh dan Ha Long Bay dengan pemandangan pantainya
yang sangat indah. Tapi berkeliling di Hanoi kali ini cukup berkesan dan
menyimpan banyak cerita yang cukup untuk memperluas sudut pandang dan menambah
wawasan. Traveling emang gak selalu tentang destinasi terkenal, fancy hotel and
restaurant, tapi tentang perjalanan yang bisa kita nikmati dan menjadi cerita yang bisa kita bagikan.